Kamis, 10 Mei 2018

Batas

Semua perihal diciptakan sebagai batas 
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain 
Hari ini membelah membatasi besok dan kemarin 
Besok batas hari ini dan lusa 
jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota, 
bilik penjara, dan kantor wali kota, juga rumahku dan seluruh tempat di mana pernah ada kita 
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta 
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi dipisahkan kata 
begitu pula rindu. Antara pulau dan seorang petualang yang gila 
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang ruang dan undang-undang 
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya 
Atau senyummu dinding di antara aku dan ketidakwarasan 
Persis segelas kopi tanpa gula pejamkan mimpi dari tidur 
Apa kabar hari ini? 
Lihat tanda tanya itu jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi

-Aanmansyur


Devi's Thought #1

It’s international women’s day.
Untuk memaknai perayaan hari ini, saya ingin berbagi sedikit pemikiranku soal wanita, yang mungkin secara tidak langsung juga akan membicarakan tentang diriku sendiri.
Bagaimana sebenarnya wanita itu dalam berbagai peng-kotak-kotak-annya.
Wanita dalam masyarakat
Wanita dalam keluarga
Wanita dalam agama
Wanita dalam pendidikan dan karir, atau wanita dalam kotak lainnya

Memaknai peringatan Hari Perempuan Internasional ini, perayaan yang diadakan setiap tahun tidak hanya sekedar memaknai Hari Perempuan Internasional sebagai perayaan saja, tetapi sebagai bagian dari perjuangan perempuan untuk menuntut hak-haknya yang sampai hari ini belum selesai. Perempuan manapun dihadapkan pada permasalahan yang sama, mulai dari kehidupan mereka secara sosial, budaya, agama dan tempat kerja masih memarginalisasi mereka.

Sebagai contoh job segregation (pembedaan pembagian kerja menurut jenis kelamin) yang menyebabkan tenaga kerja laki-laki dan perempuan terkonsentrasi pada industri-industri dan pekerjaan tertentu. Laki-laki cenderung memegang dominasi di industri-industri yang cenderung memberikan upah yang lebih tinggi seperti: pertambangan, dan kontruksi. Sedangkan perempuan banyak terkonsentrasi pada bidang pekerjaan tertentu seperti perawat atau tenaga kesehatan lainnya, guru dan bidang jasa lainnya. Sehingga biarpun pekerjaan mereka professional cenderung mendapatkan upah relatif lebih rendah dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang didominasi oleh laki-laki. Oleh karenanya, pembedaan kerja menurut jenis kelamin ini bersifat membatasi perempuan dan menempatkannya dalam kisaran peluang kerja yang bersifat sempit dibandingkan laki-laki.

Ohya, sebelumnya, mungkin yang akan saya bicarakan disini adalah perempuan yang telah mencapai kematangan atas indikator usia. Perempuan yang sudah matang secara lahir dan batin, yang dalam artian memahami betul manakah yang menjadi hak nya, manakah yang semestinya mereka perjuangkan, manakah yang semestinya mereka hindari yang karenanya hanya akan menghambat menuju mimpi-mimpi, dan prinsip manakah yang akan mereka “stand for it” atas apapun yang datang pada dirinya

Perempuan, pada masanya akan merasakan sendiri bahwa ia sudah mencapai tingkat kematangan yang paling optimumnya. Dan hanya dirinya sendirilah yang akan mengetahui masa tersebut, karna “kematangan” adalah sesuatu yang tidak dapat diukur dengan alat ukur, atau tidak ada satuan tertentu untuk menotasikannya. Seperti halnya, rasa lapar. Seseorang yang sudah makan, kemudian ia bilang “aduh laper lagi”, sebelum betul-betul terlisankan, rasa lapar itu hanya ia yang bisa rasakan.
Kemudian, setelah mencapai tingkat kematangan, lalu apa? Berikutnya adalah apa-apa yang akan membawa seseorang pada nilai positif atau nilai negatif dalam rangka mengisi diri. Seseorang yang telah dewasa, akan lebih mengenal sekaligus memahami fenomena sebab-akibat. Keterhubungan suatu peristiwa dengan peristiwa lain. Yang dengan itu akan menentukan tindak tanduknya, beserta pemaknaan didalamnya. Seharusnya.

Sebagai contoh, setalah memasuki dunia perkuliahan dan menjalani berbagai macam rutinitas kegiatan lain, saya mulai pelan-pelan belajar tentang pentingnya proteksi diri dan manfaat yang akan didapat. Saya sadar bahwa akan banyak macam orang yang akan saya temui. Kalau kita mengamati beberapa berita, banyak sekali kasus kekerasan secara fisik dan seksual yang terjadi para perempuan baik itu dilakukan oleh keluarganya sendiri, maupun oleh orang lain. Kekerasan sering didorong oleh keyakinan mendalam bahwa seorang perempuan tidak sama (hak dan perlakuan) dengan laki-laki. Pemberitaan soal peristiwa-peristiwa tersebut kemudian membawa pada “awareness” yang tinggi bagi perempuan dalam melakukan aktivitas tertentu. Bahkan mungkin bukan hanya dibatas “awareness”, melainkan rasa takut yang berlebihan. Rasa takut untuk melewati lorong-lorong kecil, rasa takut untuk berlalu dari kerumunan laki-laki di pinggir jalan, dan lain lain.

Saya pernah membaca sebuah kutipan yang berbunyi, “salahkan diri sendiri atas apapun yang menimpamu”. Tapi untuk kondisi yang saya sebutkan sebelumnya, menurut saya, kutipan tersebut sama sekali tidak berlaku. Sikap toleransi, menghargai, dan saling melindungi akan lebih tepat untuk mengatasi kondisi diatas, untuk berjuang tanpa henti menuju dunia dimana tidak ada perempuan yang perlu mengatakan “#metoo”, untuk bangkit melawan rezim yang menindas dan berbuat lebih banyak untuk melindungi kaum marjinal dan rentan
Selamat Hari Perempuan Internasional, perempuan-perempuan tangguh!

08/03/2018

#tumblrthrowback

Rindu



Pengingat setiap kaki ini berjalan terlalu jauh
Selamat kembali ke tanah perantauan, kawan!
Waktu yang singkat kemarin semoga menjadi semangat untuk berjumpa satu tahun kedepan. Ma’annajah<3

24/07/17

#tumblrthrowback

Beethoven to Antonie von Brickenstock Brentano

1812
Teplits, Bohemia

July 6, in the morning

My angel, my all, my very self–only a few words today and at that with pencil (yours)–not till tomorrow will my lodgings be definitely determined upon–what a useless waste of time. Why this deep sorrow where necessity speaks–can our love endure except through sacrifices–through not demanding everything from one another–can you change it that you are not wholly mine, I not wholly thine? Oh God! look out into the beauties of nature and comfort your heart with that which must be–love demands everything and that very justly–thus it is to me with you, and to you with me. But you forget so easily that I must live for me and for you; if we were wholly united you would feel the pain of it as little as I–my journey was a fearful one; I did not reach here until 4 o’clock yesterday morning. Lacking horses the post-coach chose another route, but what an awful one; at the stage before the last I was warned not to travel at night; I was made fearful of a forest, but that only made me the more eager–and I was wrong. The coach must break down on the wretched road, a buttomless mud road. Without such postilions as I had with me I should have remained stuck in the road. Esterhazy, traveling the usual road here, had the same fate with eight horses that I had with four–Yet I get some pleasure out of it, as I always do when I successfully overcome difficulties–Now a quick change to things internal from things external. We shall surely see each other; moreover, today I cannot share with you the thoughts I have had during these last few days touching my own life–if our hearts were always close together I would have none of these, My heart is full of many things to say to you–ah!–there are moments when I feel that speech is nothing after all–cheer up–remain my true, my only treasure, my all as I am yours; the gods must send us the rest, that for us must and shall be–Your faithful Ludwig

Evening, Monday, July 6
You are suffering, my dearest creature–only now have I learned that letters must be posted very early in the morning on Mondays to Thursdays–the only days on which the mail-coach goes from here to Karlsbad–You are suffering– Ah, wherever I am, there you are also– I will arrange it with you and me that I can live with you. What a life, thus, without you–pursued by the goodness of mankind hither and thither–which I as little want to deserve as I deserve it–Humility of man towards man–it pains me–and when I consider myself in relation to the universe, what am I and what is He–whom we call the greatest–and yet–herein lies the divine in man–I weep when I reflect that you will probably not receive the first report from me until Saturday–Much as you love me–I love you more–But do not ever conceal yourseld from me–good night–As I am taking the baths I must go to bed–Oh God–so near, so far! Is not our love truly a heavenly structure, and also as firm as the vault of heaven?

Good morning, on July 7
Though still in bed, my thoughts go out to you, my Immortal Beloved, now and then joyfully, then sadly, waiting to learn whether or not fate will hear us– I can live only wholly with you or not at all–Yes, I am resolved to wander so long away from you until I can fly into you arms and say that I am really at home with you, and can send my soul enwrapped in you into the land of spirits–Yes, unhappily it must be so–You will be the more contained since you know my fidelity to you. No one else can ever possess my heart–never–never–oh God, why must one be parted from one whom one so loves. And yet my life in Vienna is now a wretched life–Your love makes me at once the happiest and the unhappiest of men–At my age I need a steady, quiet life–can that be so in our connection? My angel, I have just been told that the mailcoach goes everyday–therefore I must close at once so that you may receive the letter at once–Be calm, only by a calm consideration of our existence can we achieve our purpose to live together–Be calm–love me–today–yesterday–what tearful longings for you–you–you–my life–my all–farewell. Oh continue to love me–never misjudge the most faithful heart of your beloved.

ever thine
ever mine
ever ours


#tumblrthrowback
I knew joy once when you were back here
completing the word of my poets, filling every space between every words in my writings

#tumblrthrowback

Bersama

Kebetulan saja,
hal tersebut mengahalangi kode waktu.
sebentar
menyapa bercak putih di langit,
begitu caraku menikmatinya
kedua sudut bibir ini bergerak saling menjauh
tidak lama
dan kembalilah ku jatuh cinta dengan semesta,
dengannya


#tumblrthrowback

Masih Berjalan

2017
September 11, tengah malam.
Halo,

Di penghujung hari ini, aku kepikir buat nyeritain sesuatu. Bukan cerita juga sih sebenernya, karna gak akan runtut sih prediksiku. Hehe maklum, masih amatir.
Kalau ditanya, “apakah kamu yang sekarang ini adalah kamu yang kamu inginkan di masa lalu?”, kamu akan jawab apa? Apakah “yaa, hampir selalu sesuai”, “meleset sedikit”, atau “ah 180 derajat berbeda”?

Seringkali aku mendengar kiat seperti ini dalam hal pencapaian hidup. “Awali dengan niat yang besar agar kelak keinginanmu bisa tercapai”, kemudian muncul pertanyaan di kepalaku,
“Apakah iya segala sesuatu itu bermula dari niat yang besar?”
“Apakah iya semua takdir yang bentuknya gaib itu terjadi karena adanya sesuatu yang gaib juga yang kita sebut “niat”?”
Aku, menurut fenomena yang aku alami langsung, sebagian besar peristiwa yang terjadi padaku tidak menganut parameter niat yang besar dalam pencapaiannya. Hmm inget, aku tidak bilang tidak ada sama sekali faktor niat tersebut yaa. Mungkin ada, namun kecil. Mungkin ada, namun tidak bisa aku deteksi ukurannya, jadi aku berkata demikian.

Menurutku, dengan menghadirkan sedikit saja pikiran “aku ingin …… deh”, sebenernya sudah bisa menjadi titik awal suatu peristiwa di masa depan. Pikiran tersebut mungkin tanpa disadari telah mengisi ruang bayangan harapan di bagian tubuh yang entah dimana. Kemudian ia berkembang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Atau mungkin ia berkembang karena adanya moril-moril yang tanpa disadari mengiringi keseharianku dan ternyata memberi “sumplemen” untuk keinginan kecil itu. Atau mungkin ia berkembang karena doa-doa seseorang yang lain yang ternyata menembus 7 lapisan langit. Lalu kalau sudah begitu, apa yang bisa aku perbuat?

Dengan begitu, keinginan kecil tersebut ternyata yang dapat mengantarkan aku ke titik tertinggiku. Yang tidak pernah aku rencanakan sebelumnya. Atau bahkan ternyata aku hindari sebelumnya
Dan kemudian, semakin bertumbuhnya aku, aku pikir aku harus mampu mengolah sendiri segala peristiwa dan ‘takdir’ yang aku dapati saat ini. Aku dapati diriku menjadi seseorang yang pemikir setelahnya. Segala sesuatunya dipikirkan. Bahkan melihat langit pun aku berpikir, melihat rumput, melihat lampu jalanan, melihat tetes hujan, melihat lemari, melihat tempat-tempat, melihat sekelompok orang, melihat laptop didepan ku ini pun aku berpikir. Apapun. Dan aku rasa perilaku ku yang seperti ini memaksaku untuk menjadi seseorang yang selalu berusaha untuk menemukan “arti” disetiap apapun yang aku temui, untuk kemudian aku maknai. Ya, setiap orang mempunyai caranya masing-masing dalam hal memaknai, tapi inilah caraku, dengan cukup melihat sesuatu yang sederhana saja. Dan aku berpikir bahwa aku yang sekarang ini bukanlah merujuk pada suatu titik dalam perkembangan manusia, melainkan sebuah “proses” untuk mampu berhadapan dengan dinamika hidup. Aku yang sekarang tentunya adalah aku yang melalui aku-yang -dulu dengan berbagai dinamika yang lain, dan belajar sedikit demi sedikit tentang kehidupan

Selanjutnya, hal lain yang aku temui dalam diriku selama 20 tahun belakang ini adalah aku senang menghubung-hubungkan apa yang sedang aku alami saat ini, dengan aku sebelum aku yang saat ini. Baik hal tersebut secara terang memang bersangkutan, atau hanya sedikit beririsan, atau aku nya yang maksa nyangkut-nyangkutin. Dan hal paling menyenangkan saat aku menghubungkan kejadian satu dengan kejadian lain adalah saat aku menemukan titik tertentu dimana titik tersebutlah yang ternyata menjadi titik paling awalnya sebuah “peristiwa” dihidupku

Tidak lupa, yang paling penting dalam hal menyikapi setiap peristiwa yang terjadi adalah membersamai rasa syukur padanya. Syukur itu ternyata luarbiasa sekali nikmatnya. Sesuatu yang hebat ketika ditambah dengan rasa syukur, akan terasa lebih besar lagi hebatnya, dan saat berada di titik terendah, kemudian sekuatnya untuk menghadirkan rasa syukur itu, inshaAllah akan terasa lebih ringan. Yang membuat rasa syukur itu bisa se-luarbiasa itu apa ya? Menurutku, ada hal yang berikatan sangat kuat dengan syukur. Adalah ikhlas. Saat bersyukur, maka disaat yang bersamaan ikhlas itu sedang membalut. Diatas air yang mengamuk, dan kegelapan di bawahnya, aku harus tau alasan sebenarnya kenapa peristiwa ini terjadi padaku, kenapa peristiwa itu terjadi padaku. Dan ikhlas itu lah yang kemudian membantuku untuk kembali berpikir bahwa air itu jernih, ya sampai situ.

Terakhir, aku ingin menyampaikan ini, bukan untuk siapa-siapa sebenarnya, melainkan untuk diriku sendiri.
Aku perlu untuk lebih mampu kenali potongan-potongan kehidupanku ini. Satu per satu
Tinggal beberapa saat, karena aku sendiri tidak pernah tahu sampai mana potongan itu bisa ku susun. Karena selalu ada Dia Yang Maha Agung, pemilik penuh semua itu, dan dayaku hanyalah sekecil debu yang beterbangan
Namun, seiring berjalannya waktu, angkat! Ambil semuanya. Bersamai pemaknaan dan rasa syukur di dalamnya. Dan aku akan sampai di jalan kebahagiaan yang telah menungguku..

Bi idznillaah


#tumblrthrowback