2017
September 11, tengah malam.
Halo,
Di penghujung hari ini, aku kepikir buat nyeritain sesuatu. Bukan cerita juga sih sebenernya, karna gak akan runtut sih prediksiku. Hehe maklum, masih amatir.
Kalau ditanya, “apakah kamu yang sekarang ini adalah kamu yang kamu inginkan di masa lalu?”, kamu akan jawab apa? Apakah “yaa, hampir selalu sesuai”, “meleset sedikit”, atau “ah 180 derajat berbeda”?
Seringkali aku mendengar kiat seperti ini dalam hal pencapaian hidup. “Awali dengan niat yang besar agar kelak keinginanmu bisa tercapai”, kemudian muncul pertanyaan di kepalaku,
“Apakah iya segala sesuatu itu bermula dari niat yang besar?”
“Apakah iya semua takdir yang bentuknya gaib itu terjadi karena adanya sesuatu yang gaib juga yang kita sebut “niat”?”
Aku, menurut fenomena yang aku alami langsung, sebagian besar peristiwa yang terjadi padaku tidak menganut parameter niat yang besar dalam pencapaiannya. Hmm inget, aku tidak bilang tidak ada sama sekali faktor niat tersebut yaa. Mungkin ada, namun kecil. Mungkin ada, namun tidak bisa aku deteksi ukurannya, jadi aku berkata demikian.
Menurutku, dengan menghadirkan sedikit saja pikiran “aku ingin …… deh”, sebenernya sudah bisa menjadi titik awal suatu peristiwa di masa depan. Pikiran tersebut mungkin tanpa disadari telah mengisi ruang bayangan harapan di bagian tubuh yang entah dimana. Kemudian ia berkembang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Atau mungkin ia berkembang karena adanya moril-moril yang tanpa disadari mengiringi keseharianku dan ternyata memberi “sumplemen” untuk keinginan kecil itu. Atau mungkin ia berkembang karena doa-doa seseorang yang lain yang ternyata menembus 7 lapisan langit. Lalu kalau sudah begitu, apa yang bisa aku perbuat?
Dengan begitu, keinginan kecil tersebut ternyata yang dapat mengantarkan aku ke titik tertinggiku. Yang tidak pernah aku rencanakan sebelumnya. Atau bahkan ternyata aku hindari sebelumnya
Dan kemudian, semakin bertumbuhnya aku, aku pikir aku harus mampu mengolah sendiri segala peristiwa dan ‘takdir’ yang aku dapati saat ini. Aku dapati diriku menjadi seseorang yang pemikir setelahnya. Segala sesuatunya dipikirkan. Bahkan melihat langit pun aku berpikir, melihat rumput, melihat lampu jalanan, melihat tetes hujan, melihat lemari, melihat tempat-tempat, melihat sekelompok orang, melihat laptop didepan ku ini pun aku berpikir. Apapun. Dan aku rasa perilaku ku yang seperti ini memaksaku untuk menjadi seseorang yang selalu berusaha untuk menemukan “arti” disetiap apapun yang aku temui, untuk kemudian aku maknai. Ya, setiap orang mempunyai caranya masing-masing dalam hal memaknai, tapi inilah caraku, dengan cukup melihat sesuatu yang sederhana saja. Dan aku berpikir bahwa aku yang sekarang ini bukanlah merujuk pada suatu titik dalam perkembangan manusia, melainkan sebuah “proses” untuk mampu berhadapan dengan dinamika hidup. Aku yang sekarang tentunya adalah aku yang melalui aku-yang -dulu dengan berbagai dinamika yang lain, dan belajar sedikit demi sedikit tentang kehidupan
Selanjutnya, hal lain yang aku temui dalam diriku selama 20 tahun belakang ini adalah aku senang menghubung-hubungkan apa yang sedang aku alami saat ini, dengan aku sebelum aku yang saat ini. Baik hal tersebut secara terang memang bersangkutan, atau hanya sedikit beririsan, atau aku nya yang maksa nyangkut-nyangkutin. Dan hal paling menyenangkan saat aku menghubungkan kejadian satu dengan kejadian lain adalah saat aku menemukan titik tertentu dimana titik tersebutlah yang ternyata menjadi titik paling awalnya sebuah “peristiwa” dihidupku
Tidak lupa, yang paling penting dalam hal menyikapi setiap peristiwa yang terjadi adalah membersamai rasa syukur padanya. Syukur itu ternyata luarbiasa sekali nikmatnya. Sesuatu yang hebat ketika ditambah dengan rasa syukur, akan terasa lebih besar lagi hebatnya, dan saat berada di titik terendah, kemudian sekuatnya untuk menghadirkan rasa syukur itu, inshaAllah akan terasa lebih ringan. Yang membuat rasa syukur itu bisa se-luarbiasa itu apa ya? Menurutku, ada hal yang berikatan sangat kuat dengan syukur. Adalah ikhlas. Saat bersyukur, maka disaat yang bersamaan ikhlas itu sedang membalut. Diatas air yang mengamuk, dan kegelapan di bawahnya, aku harus tau alasan sebenarnya kenapa peristiwa ini terjadi padaku, kenapa peristiwa itu terjadi padaku. Dan ikhlas itu lah yang kemudian membantuku untuk kembali berpikir bahwa air itu jernih, ya sampai situ.
Terakhir, aku ingin menyampaikan ini, bukan untuk siapa-siapa sebenarnya, melainkan untuk diriku sendiri.
Aku perlu untuk lebih mampu kenali potongan-potongan kehidupanku ini. Satu per satu
Tinggal beberapa saat, karena aku sendiri tidak pernah tahu sampai mana potongan itu bisa ku susun. Karena selalu ada Dia Yang Maha Agung, pemilik penuh semua itu, dan dayaku hanyalah sekecil debu yang beterbangan
Namun, seiring berjalannya waktu, angkat! Ambil semuanya. Bersamai pemaknaan dan rasa syukur di dalamnya. Dan aku akan sampai di jalan kebahagiaan yang telah menungguku..
Bi idznillaah
#tumblrthrowback
#tumblrthrowback
Tidak ada komentar:
Posting Komentar